(CLO) "Jurnalisme tradisional berada di bawah tekanan besar untuk bertransformasi. Kini, 'konvergensi atau mati' telah menjadi kenyataan," tegas Bapak Bui Cong Duyen, Direktur Produk ONECMS Convergence Newsroom.
Meruntuhkan tembok, membangun 'pabrik konten'
Di era digital, "ruang redaksi terkonvergensi" telah menjadi tren yang tak terelakkan dalam jurnalisme modern. Ini adalah proses penggabungan departemen jurnalisme yang terpisah menjadi unit yang terintegrasi, terkoordinasi, dan multi-platform, yang juga dikenal sebagai "pabrik konten". Alih-alih departemen terpisah untuk setiap jenis, sebuah pusat komando bersama (superdesk) akan memantau dan mengoordinasikan berita di semua kanal.
Model ini telah menyebar ke semua bentuk jurnalisme, dari media cetak tradisional hingga televisi. Untuk media cetak, konvergensi terlihat jelas dalam penggabungan ruang redaksi cetak dan digital, mengaburkan batas antara "jurnalis cetak" dan "jurnalis web". Bagi surat kabar daring, lingkungan digital itu sendiri merupakan titik konvergensi berbagai format informasi, mulai dari teks, gambar, video hingga grafis interaktif dan jejaring sosial. Di sektor televisi, saluran TV mengintegrasikan berita TV dengan berita digital dan platform lainnya, dengan fokus pada pendistribusian konten melalui OTT dan layanan seluler.
Bapak Bui Cong Duyen, Direktur Produk ONECMS Convergence Newsroom.
"Surat kabar daring berperan sebagai pusat konsolidasi konten dari semua sumber untuk distribusi daring, sementara televisi terkonvergensi berfokus pada pendistribusian konten melalui OTT dan layanan seluler, " ujar Bapak Bui Cong Duyen, Direktur Produk ONECMS Converged Newsroom.
Model ruang redaksi yang terkonvergensi memberikan banyak manfaat bagi kantor berita dan pembaca. Bagi kantor berita, konsolidasi ruang redaksi membantu mengoptimalkan proses dan sumber daya, menghilangkan duplikasi dalam pengumpulan dan pemrosesan berita, menghemat biaya, dan meningkatkan efisiensi kerja. Bagi pembaca, koordinasi multi-platform membantu memperluas liputan setiap peristiwa, menghasilkan berita yang lebih komprehensif dan multidimensi.
"Menyatukan ruang redaksi membantu menghilangkan duplikasi antar platform, menghemat biaya, dan meningkatkan efisiensi kerja," tegas Bapak Duyen.
Meskipun banyak manfaatnya, penerapan ruang redaksi yang terkonvergensi tidaklah mudah, melainkan disertai serangkaian tantangan dan keterbatasan yang perlu diatasi. Pertama, perubahan alur kerja tidak dapat dihindari. Mulai dari jadwal rapat, proses penerbitan, hingga cara departemen berkoordinasi, semuanya harus 'direstrukturisasi' agar dapat melayani penerbitan berkelanjutan di berbagai platform. Hal ini seringkali menghadapi 'penolakan' dari internal, terutama dari staf veteran yang terbiasa dengan metode kerja tradisional.
Menurut Bapak Bui Cong Duyen, dalam hal organisasi, ruang redaksi besar seringkali memiliki budaya dan proses yang telah berusia puluhan tahun, dan penggabungan dengan departemen digital yang lebih muda dapat menimbulkan konflik budaya. Biasanya, di The New York Times, departemen digital awalnya dipisahkan untuk memberikan kebebasan berinovasi, tetapi dalam jangka panjang, mempertahankan dua ruang redaksi yang terpisah menjadi tidak efektif, yang berujung pada penggabungan pada tahun 2005.
"Transformasi konvergensi adalah proses yang panjang, membutuhkan waktu bagi generasi jurnalis untuk berintegrasi secara budaya satu sama lain," kata Bapak Duyen.
"Mengubah orang dan proses merupakan tantangan terbesar ruang redaksi yang terkonvergensi," ujar Bui Cong Duyen. "Meyakinkan seluruh departemen untuk 'menghirup udara yang sama' dari konvergensi tidaklah mudah dan membutuhkan komitmen yang kuat dari pimpinan."
Risiko hilangnya spesifisitas juga menjadi perhatian. Meskipun konvergensi menjanjikan peningkatan kualitas secara keseluruhan, jika tidak ditangani dengan cermat, hal ini dapat menyebabkan homogenisasi konten di berbagai kanal dan hilangnya identitas untuk setiap jenis jurnalisme. Memprioritaskan kedekatan di semua platform dapat menyebabkan ruang redaksi mengorbankan kedalaman analisis demi kecepatan.
"Tantangannya adalah bagaimana mempertahankan kualitas unik setiap jenis sambil tetap menyatukan isinya," kata Bapak Duyen.
AI, Big Data dan Model Bisnis Baru
Bapak Bui Cong Duyen menekankan: "Pers tradisional berada di bawah tekanan besar untuk bertransformasi. Kini, 'konvergensi atau mati' telah menjadi kenyataan."
Bagi penyiar tradisional, dampak konvergensi juga sangat besar. Stasiun TV harus berekspansi ke konten digital, membentuk tim yang bertanggung jawab atas situs web, aplikasi seluler, jejaring sosial, dan mengintegrasikan tim-tim ini dengan ruang redaksi TV. Infrastruktur teknis juga beralih dari pita magnetik dan penyiaran analog ke lingkungan digital sepenuhnya.
Munculnya model ruang redaksi yang terkonvergensi telah menciptakan "revolusi" dalam industri jurnalisme tradisional, yang memaksa ruang redaksi lama untuk "bertransformasi" agar dapat beradaptasi dengan kebiasaan konsumsi berita baru masyarakat.
"Stasiun-stasiun televisi nasional telah melakukan restrukturisasi menuju konvergensi, menunjukkan bahwa ini adalah tren yang tak terelakkan yang membentuk kembali jurnalisme tradisional secara global," tambah Bapak Duyen.
Bahkan di tingkat nasional, banyak pemerintah mendorong media tradisional untuk beralih ke digital. Misalnya, Strategi Transformasi Digital Pers Vietnam menargetkan 100% agensi media beroperasi dengan model ruang redaksi terkonvergensi atau yang setara pada tahun 2025.
Bapak Bui Cong Duyen berkomentar bahwa kecerdasan buatan secara bertahap menjadi bagian tak terpisahkan dari ruang redaksi modern. Banyak ruang redaksi telah menggunakan AI untuk mengotomatiskan tugas-tugas logistik seperti penandaan data, penyuntingan awal, pembuatan berita instan, personalisasi konten untuk pembaca, dan bahkan produksi berita menggunakan algoritma pembuatan bahasa.
Menurut survei Reuters Institute baru-baru ini, 87% ruang redaksi di seluruh dunia menyatakan bahwa mereka telah 'bertransformasi berkat AI penghasil konten' hingga batas tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa AI bukan sekadar alat pendukung, tetapi juga 'rekan kerja' yang ampuh, membantu jurnalis mempercepat pelaporan, mempersonalisasi pengalaman pembaca, dan menciptakan produk jurnalistik yang unik.
Namun, dengan peluang besar tersebut muncul pula tantangan terkait akurasi dan etika, yang mengharuskan ruang redaksi untuk menggabungkan AI secara hati-hati, guna memastikan keaslian dan kreativitas.
Bersamaan dengan AI, Big Data mengubah cara kerja ruang redaksi. Ruang redaksi yang terkonvergensi semakin mengandalkan analisis data khalayak untuk memandu produksi konten agar sesuai dengan kebutuhan pembaca. Jurnalisme data juga telah muncul sebagai 'ujung tombak' baru, membantu ruang redaksi memanfaatkan penyimpanan data yang sangat besar untuk menciptakan berita yang mendalam dan grafis interaktif yang menarik.
"Jurnalisme data membantu ruang redaksi 'menceritakan kisah' dengan cara yang meyakinkan, berbasis bukti, dan visual. Pembaca tidak hanya membaca berita, tetapi juga 'memahami' isu melalui bagan dan grafik interaktif," ujar Bapak Duyen.
Mengenai model bisnis, menurut Bapak Duyen, konvergensi tidak hanya terjadi dalam produksi konten, tetapi juga dalam strategi bisnis jurnalisme. Penerbit berita sedang bereksperimen dengan berbagai model pendapatan baru untuk beradaptasi dengan lingkungan digital, termasuk langganan digital (paywall), "bundling" (paket layanan), penyelenggaraan acara daring, seminar, produksi podcast dan video pendek bersponsor, serta penerimaan dana dari komunitas...
"Pembaca bersedia membayar untuk konten berkualitas, unik, dan pengalaman 'eksklusif'. Hal ini merupakan peluang bagi surat kabar untuk menciptakan model bisnis yang berkelanjutan," tegas Bapak Duyen.
Sejalan dengan raksasa media global, pers Vietnam juga tengah menyaksikan transformasi yang kuat menuju model ruang redaksi yang terkonvergensi. Agensi pers, dari pusat hingga daerah, berupaya menerapkan teknologi, berinovasi dalam proses produksi, dan mendiversifikasi konten untuk memenuhi permintaan pembaca yang terus meningkat. Surat Kabar Nhan Dan, VnExpress, dan VietnamPlus adalah contoh nyata dari transformasi ini.
"Penerapan teknologi digital seperti sistem CMS modern, kecerdasan buatan (AI), dan big data membantu Surat Kabar Nhan Dan meningkatkan kualitas konten, meningkatkan interaksi pembaca, dan menegaskan peran utamanya dalam jurnalisme di era digital," ujar Bapak Bui Cong Duyen.
"VietnamPlus adalah contoh khas penerapan teknologi baru dalam jurnalisme Vietnam ," tambah Bapak Duyen.
Tidak hanya kantor berita besar, banyak surat kabar lokal seperti Nghe An, Quang Nam, Dak Nong juga telah menerapkan ruang berita yang terkonvergensi.
"Fakta bahwa surat kabar lokal menerapkan ruang redaksi yang terkonvergensi menunjukkan bahwa tren ini menyebar dan menjadi kebutuhan yang tak terelakkan bagi jurnalisme Vietnam," tegas Bapak Duyen.
Hoang Anh
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/toa-soan-hoi-tu-nha-may-noi-dung-da-nen-tang-ket-hop-ai-mot-cach-than-trong-post336504.html
Komentar (0)