Beberapa hari sebelum Malam Tahun Baru, banyak keluarga berkumpul untuk membungkus kue Chung dan Tet, begadang sepanjang malam mengamati kue-kue panas membara di sepanjang gang.

Pada siang hari tanggal 26 Tet (5 Februari), di rumah di gang 453 jalan Le Van Sy, distrik 3, keluarga Ibu Nguyen Thi Uyen Chi (ketiga dari kanan) berkumpul untuk membungkus kue Chung dan Tet.
Tahun ini, keluarganya membungkus sekitar 300 kue, termasuk 100 banh tet, beberapa untuk mereka sendiri dan untuk diberikan kepada kerabat. "Sebagian besar kue dijual, jadi kami harus memobilisasi kerabat dari mana-mana untuk membantu, agar bisa menyelesaikannya tepat waktu," ujar perempuan berusia 53 tahun itu.

Di luar pintu, Tuan Tran Van Phong membantu menyiapkan nasi ketan, kacang hijau, mencuci daun dong... Untuk membungkus 300 kue, keluarga Nyonya Chi menggunakan sekitar 150 kg beras, 70 kg kacang hijau, dan 35 kg daging babi.
"Membuat banh chung membutuhkan banyak langkah. Beberapa hari sebelumnya, kita harus bangun pagi untuk memilih daun dong, perut babi yang baik, lalu merendam beras ketan dan kacang hijau semalaman," kata Pak Phong.

Ibu Tran Thi Phuong Nhi, 30 tahun, membantu Ibu Chi memasukkan isian ke dalam banh tet untuk dibungkus. Tinggal di Tien Giang , setiap Tahun Baru Imlek, ia mengambil cuti beberapa hari untuk membantu membungkus banh tet. "Ini kerja keras, tapi menyenangkan karena para kerabat bisa berkumpul," ujarnya.

Pada hari yang sama, di sebuah gang di Jalan Tran Thi Dieu, Distrik Phuoc Long B, Kota Thu Duc, Bapak Minh Tung, 38 tahun (sudut kiri), membungkus sekitar 30 banh chung. Setiap orang memiliki tugas seperti membagi daging, menata daun, membungkus kue, dan membuat isian.

Pak Tung membuat kue Chung dengan gaya Central. Kacang hijau dimasak hingga lunak, lalu ditekan rapat dengan daging babi rebus. "Berkat itu, saat memotong kue, isian di dalamnya tidak hancur dan tercampur dengan nasi," ujar Pak Tung.

Tujuh kilometer jauhnya, Ibu Nguyen Thi Cuc (Jalan 182, Distrik Tang Nhon Phu A) dan anak-cucunya sedang membungkus banh tet di teras rumahnya pada sore hari tanggal 27 Tet (6 Februari). "Setiap tahun, keluarga saya membungkus 40 banh tet dengan gaya Selatan. Seberapa pun jauhnya anak-cucu kami, mereka semua berkumpul untuk membungkus banh tet pada hari ini," ujarnya.


Setelah direndam, ketan dicampur dengan air perasan bayam dan daun pandan untuk menghasilkan warna hijau alami. Langkah tersulit dalam membungkus ketan adalah melipat daun pisang agar bagian atas ketan berbentuk persegi.

Ha Mai Quynh, 12 tahun, cucu perempuan Ibu Cuc, memegang banh tet yang baru dibungkus. Banh tet diikat dengan tali pisang, bukan tali bambu seperti banh chung.

Di rumah Ibu Uyen Chi, 300 kue ditempatkan dalam dua panci besar, direbus tepat di samping gang di depan rumah. Lembaran logam diletakkan di depan panci untuk mencegah asap dari area sekitar.

Banh chung dikemas rapat. Karena dikemas dalam jumlah besar untuk dijual, tali nilon sering digunakan untuk mengikatnya agar lebih praktis dan lebih rapat.

Malam itu juga, Bu Cuc mulai merebus dua panci banh tet di depan rumahnya. "Setiap jam atau lebih, saya menambahkan air dan merebusnya semalaman sampai keesokan paginya, saat saya mengeluarkan kuenya," katanya sambil menambahkan air ke dalam panci.

Di dekatnya, pukul 23.00, Ibu Bui Thi Tam juga begadang semalaman untuk mengawasi panci banh chung. Ia tidak punya halaman yang luas sehingga harus merebus kue di pinggir jalan. "Duduk di dekat api unggun membuat saya berkeringat terus-menerus, mata saya perih, tapi saya senang karena ini hanya terjadi setahun sekali," ujar perempuan berusia 50 tahun itu.
Quynh Tran - Vnexpress.net
Tautan sumber
Komentar (0)