Menurut data awal yang baru saja dirilis oleh jurnal ilmiah Nature, pada tahun 2022, Tiongkok melampaui Amerika Serikat untuk pertama kalinya dan menjadi negara penyumbang artikel penelitian terbanyak ke jurnal ilmiah terkemuka dunia.
Pada tahun 2022, Tiongkok untuk pertama kalinya melampaui AS dan menjadi negara dengan kontribusi artikel penelitian terbanyak ke jurnal ilmiah terkemuka dunia . (Sumber: Shutterstock) |
Negara ini juga melampaui AS untuk pertama kalinya dalam kontribusi terhadap ilmu bumi dan lingkungan.
Data diambil dari Nature Index - yang melacak artikel ilmiah yang diterbitkan dalam 82 jurnal di berbagai bidang dalam ilmu pengetahuan alam, khususnya kimia, ilmu bumi dan lingkungan, ilmu hayati, dan ilmu fisika.
Jurnal ilmiah yang disertakan dalam penelitian ini semuanya merupakan publikasi terkemuka dunia seperti Cell , Nature , Science...
Data lengkap untuk tahun 2022 diharapkan akan dirilis Juni mendatang.
Kontribusi Tiongkok terhadap sains global telah meningkat secara signifikan sejak indeks tersebut diluncurkan pada tahun 2014, menurut majalah Nature . Beijing juga telah memimpin dunia dalam sains fisika dan kimia sejak tahun 2021.
Data yang disediakan oleh penerbit literatur ilmiah terbesar di dunia, Elsevier, juga menunjukkan bahwa Tiongkok dan AS merupakan mitra riset bilateral terbesar di dunia. Dari tahun 2017 hingga 2017, masing-masing negara menyumbang sekitar 20% dari total riset ilmiah dunia.
Menurut Elsevier, Tiongkok untuk pertama kalinya melampaui AS untuk memimpin dunia dalam jumlah artikel yang paling banyak dikutip - sebuah indikator penting yang mengukur pengaruh ilmiah setiap negara.
Menurut laporan Indikator Sains dan Teknologi Jepang , dari tahun 2018-2020, Tiongkok menyumbang 27,2% artikel yang paling banyak dikutip di dunia sementara AS menyumbang 24,9%.
Menurut jurnal Science , Tiongkok juga mengungguli AS pada tahun 2016 dalam jumlah makalah ilmiah yang diterbitkan.
Dapat dikatakan bahwa akhir-akhir ini Tiongkok tengah berupaya keras untuk menjadi kekuatan global di bidang sains dan teknologi.
Pada bulan Februari 2023, Presiden Xi Jinping mengatakan bahwa penelitian dasar yang kuat akan menjadi kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan di atas, dan bahwa sumber pendanaan yang beragam, perluasan kerja sama dan pelatihan internasional merupakan faktor penting untuk membantu ekonomi terbesar kedua di dunia menjadi semakin mandiri secara teknologi.
China juga merupakan pembelanja penelitian ilmiah terbesar kedua di dunia, dengan pendanaan penelitian dan pengembangan (R&D) ditetapkan melebihi 3 triliun yuan ($426,6 miliar) pada tahun 2022, menurut Biro Statistik Nasional.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)