Dari mesin uap hingga Kecerdasan Buatan (AI), sejarah telah menunjukkan bahwa terobosan teknologi adalah tulang punggung transformasi ekonomi yang hebat.
Saat ini, kita hidup di tengah revolusi digital, di mana teknologi tidak lagi menjadi industri tunggal tetapi telah menjadi kekuatan inti yang membentuk ekonomi global.
Teknologi sedang mengubah aturan main dalam cara bisnis beroperasi, perdagangan antarnegara, dan distribusi kekayaan, menciptakan peluang pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, di saat yang sama, teknologi juga menimbulkan tantangan signifikan bagi tatanan sosial.
Aliran historis revolusi teknologi
Untuk memahami konteks saat ini, perlu melihat kembali alur historis terobosan teknologi sebelumnya.
Perjalanan ini dimulai dengan Revolusi Industri di akhir abad ke-18, yang menandai peralihan bersejarah dari tenaga kerja manual ke produksi mesin. Perubahan ini menandai dimulainya era efisiensi tinggi dan produksi massal.
Kemudian, munculnya teknologi komunikasi seperti telegraf dan telepon menghapus jarak geografis, memungkinkan bisnis untuk langsung terhubung dengan pemasok dan pelanggan di seluruh dunia. Abad ke-20 mempercepat tren ini dengan munculnya komputer pribadi dan internet, yang mengotomatiskan proses internal dan membuka saluran interaksi yang revolusioner dengan pelanggan.
Dan ledakan e-commerce dengan raksasa seperti Amazon dan Alibaba benar-benar telah menyeimbangkan persaingan, memungkinkan bisnis kecil bersaing secara global tanpa dibatasi oleh ruang fisik.
Di era digital saat ini, platform media sosial seperti Facebook dan Instagram telah menjadi jembatan langsung, membantu bisnis membangun merek mereka dan berinteraksi dengan pelanggan secara real time.
Kini, dunia berada di ambang transformasi berikutnya, yaitu Kecerdasan Buatan (AI). AI—terutama AI generatif—diharapkan dapat merevolusi setiap bidang, mulai dari layanan pelanggan, pembuatan konten, hingga analisis data kompleks, mendobrak semua batasan yang ada dalam ekonomi digital.

Teknologi: Pengungkit Pertumbuhan Ekonomi Modern
Di dunia modern, teknologi merupakan pendorong utama pertumbuhan dan produktivitas. Kemajuan digital, mulai dari komputasi awan hingga analitik data canggih, telah memungkinkan bisnis untuk mengoptimalkan operasi, memangkas biaya, dan berinovasi dengan kecepatan tinggi. Sebagai contoh, komputasi awan telah mentransformasi penyimpanan dan pemrosesan data, memungkinkan bisnis mengakses daya komputasi dalam jumlah besar tanpa perlu berinvestasi besar dalam infrastruktur fisik. Fleksibilitas ini memungkinkan perusahaan untuk berkembang dengan cepat dan beradaptasi dengan perubahan pasar.
Selain itu, analitik data tingkat lanjut memberikan keunggulan kompetitif yang tajam. Di era big data, kemampuan untuk "mendekode" kumpulan data besar membantu bisnis memahami perilaku pelanggan dan tren pasar, sehingga menciptakan strategi berbasis data yang akurat.
Dampak AI, terutama AI generatif, diprediksi sangat besar. Sebuah studi terbaru oleh firma konsultan manajemen global McKinsey menemukan bahwa aplikasi seperti ChatGPT dan Midjourney dapat berkontribusi antara $2,6 triliun dan $4,4 triliun per tahun terhadap ekonomi global. Ketika terintegrasi secara mendalam ke dalam alur kerja, teknologi ini dapat meningkatkan produktivitas hingga 40%.
AI generatif akan menjadi alat penting untuk meningkatkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi, menurut Anna Katariina Wisakanto, konsultan digital di McKinsey. Pandangan ini diperkuat oleh laporan McKinsey Global Institute, yang memperkirakan bahwa digitalisasi secara umum dapat menambah $3 triliun pada produk domestik bruto (PDB) global pada tahun 2030.
Masalah ganda bagi pasar tenaga kerja
Sembari mendorong pertumbuhan ekonomi, teknologi juga secara signifikan mengubah pasar tenaga kerja global, menciptakan dua dampak yang kompleks: menggantikan pekerjaan lama sekaligus menciptakan peran baru. Otomatisasi dan AI semakin mampu melakukan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan manusia, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan kerja, terutama di sektor-sektor seperti manufaktur dan transportasi.
Sebuah studi oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF) memprediksi bahwa otomatisasi dapat menggantikan 85 juta pekerjaan pada tahun 2025, tetapi juga akan menciptakan 97 juta peran baru, terutama di bidang-bidang seperti analisis data, pengembangan perangkat lunak, dan penelitian AI.

Pergeseran ini menyoroti tantangan inti: peluang baru mengharuskan pekerja memiliki keterampilan digital dan pendidikan tingkat tinggi, sehingga menciptakan kesenjangan keterampilan potensial yang perlu diatasi masyarakat melalui pendidikan dan peningkatan keterampilan berkelanjutan.
Maraknya ekonomi gig, dengan platform seperti Uber dan Upwork, juga telah memperumit lanskap pekerjaan global. Meskipun menawarkan fleksibilitas, platform-platform ini seringkali tidak memiliki jaminan kerja dan tunjangan yang biasanya didapatkan dari pekerjaan purnawaktu tradisional. Hal ini telah memicu perdebatan tentang hakikat pekerjaan di era digital dan perlunya reformasi kebijakan untuk melindungi pekerja.
Mempromosikan perdagangan dan inovasi global
Teknologi telah merevolusi perdagangan global, meruntuhkan hambatan fisik, dan mendorong perdagangan internasional ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Platform e-commerce memungkinkan bisnis dari segala skala untuk mengakses pasar global, sementara inovasi fintech telah membuat transaksi lintas batas lebih cepat, lebih murah, dan lebih aman.
Meningkatnya rantai nilai global merupakan contoh nyata digitalisasi ini, di mana produksi didistribusikan ke seluruh dunia. Sebuah ponsel pintar dapat dirancang di AS, dirakit di Tiongkok, dan dijual di Eropa. Keterkaitan ini telah mendorong integrasi ekonomi dan memberi negara-negara berkembang kesempatan untuk berpartisipasi lebih mendalam dalam ekonomi global.
Yang terpenting, penurunan hambatan masuk telah memicu semangat kewirausahaan, yang memungkinkan perusahaan baru untuk memulai bisnis dengan biaya minimal dan menjangkau pelanggan di seluruh dunia.
Sisi gelap pembangunan
Namun, di samping manfaatnya yang luar biasa, kemajuan teknologi yang pesat juga membawa sisi gelap: meningkatnya ketimpangan. Kemajuan teknologi secara tidak proporsional menguntungkan pekerja berketerampilan tinggi di negara-negara maju, memperlebar kesenjangan pendapatan antara mereka dan pekerja berketerampilan rendah yang pekerjaannya paling rentan terhadap otomatisasi. Hal ini menyebabkan terkonsentrasinya kekayaan di pusat-pusat teknologi seperti Silicon Valley dan di tangan raksasa teknologi seperti Google dan Apple.
Di tingkat internasional, kesenjangan digital masih menjadi kenyataan yang mengkhawatirkan. Meskipun beberapa negara berkembang, termasuk Tiongkok dan India, telah berhasil memanfaatkan teknologi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, banyak negara lain masih tertinggal akibat infrastruktur yang buruk, akses internet yang terbatas, dan tingkat literasi yang rendah. Menutup kesenjangan ini penting untuk memastikan peluang ekonomi digital terdistribusi secara lebih merata di seluruh dunia.
Tak dapat disangkal bahwa teknologi adalah mesin penggerak ekonomi global modern, yang meningkatkan produktivitas, membentuk kembali industri, dan menghubungkan pasar dengan cara yang sebelumnya tak terbayangkan. Namun, perjalanannya tidak selalu mulus.
Seiring teknologi membentuk kembali pasar tenaga kerja dan mengubah batas-batas perdagangan global, hal ini juga menghadirkan tantangan bagi ketimpangan dan mobilitas sosial. Menavigasi era baru ini membutuhkan upaya bersama dari pemerintah, pelaku bisnis, dan individu untuk merangkul inovasi, mendorong pembelajaran berkelanjutan, dan menerapkan kebijakan yang memastikan manfaat teknologi yang luar biasa dirasakan oleh semua orang.
Source: https://www.vietnamplus.vn/khi-cong-nghe-viet-lai-luat-choi-cua-kinh-te-toan-cau-trong-ky-nguyen-so-post1049983.vnp
Komentar (0)