Menurut data yang dirilis bulan lalu, skor rata-rata Hong Kong dalam tes IELTS versi akademik pada tahun 2023 tetap di angka 6,7 pada skala 9-band, tidak berubah dari tahun 2022. Kemampuan mendengarkan dan membaca tetap menjadi keunggulan siswa Hong Kong, dengan skor masing-masing 7 dan 6,8. Pada tahun 2022, hasilnya adalah 7,1 untuk kemampuan mendengarkan dan 6,9 untuk kemampuan membaca.
Namun, keterampilan menulis dan berbicara tetap menjadi titik lemah bagi kandidat Hong Kong, dengan skor masing-masing 6,2 dan 6,4, dibandingkan dengan 6,2 dan 6,3 pada tahun 2022.
Angka-angka itu juga menunjukkan bahwa hasil yang lebih rendah pada siswa Tiongkok daratan tahun ini (5,9 pada tahun 2023 dibandingkan dengan 6,1 pada tahun 2022) terutama disebabkan oleh skor rendah dalam membaca, mendengarkan, dan berbicara.
Di Asia, Malaysia meraih skor terbaik dengan skor 7,1, diikuti Filipina dengan skor 6,8, sedikit di atas Indonesia dengan skor 6,7. IELTS tidak merilis daftar lengkap, hanya merilis hasil untuk 39 wilayah. IELTS tidak menyediakan data hasil untuk kandidat dari Singapura.
Skala IELTS memberi peringkat kandidat dari 1 (tidak memiliki kemampuan bahasa Inggris) hingga 9 (kemampuan bahasa Inggris yang baik). Kandidat yang mendapatkan skor 7 dianggap sebagai "pengguna bahasa Inggris yang baik".
Para ahli mengatakan alasan buruknya hasil siswa Hong Kong adalah kurangnya kesempatan untuk berlatih berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris, dan telah meminta sekolah untuk mempekerjakan lebih banyak guru asli dan menciptakan lingkungan belajar bahasa Inggris yang lebih baik.
Guru berpengalaman Pauline Chow Lo-sai mengatakan hasil tersebut mencerminkan perbedaan metode penilaian antara Diploma Pendidikan Menengah Hong Kong (DSE) dan ujian IELTS.
Ibu Chow mengatakan tes berbicara IELTS terutama adalah percakapan empat mata dengan penguji, bukan diskusi kelompok seperti dalam ujian DSE.
"Tes berbicara IELTS sangat alami, seperti percakapan yang akrab. Siswa kami sangat lemah dalam keterampilan ini. Sekolah-sekolah di Hong Kong sebagian besar menggunakan bahasa Mandarin, sehingga siswa tidak terbiasa dengan percakapan semacam ini," ujar Ibu Chow, ketua Asosiasi Guru Wanita Hong Kong.
Dia menjelaskan bahwa tes berbicara bahasa Inggris dalam ujian DSE mengharuskan siswa untuk terlibat dalam diskusi kelompok berdasarkan bacaan pendek yang diberikan, selain tanggapan individu kepada penguji.
Hong Kong perlu meningkatkan segala bidang, daripada berfokus pada satu ujian tertentu, kata Chow, seraya menambahkan bahwa sekolah perlu menemukan cara untuk mengenalkan bahasa Inggris kepada siswa dalam berbagai konteks.
Michael Tien Puk-sun, mantan ketua Komite Tetap Pendidikan dan Penelitian Bahasa, mengatakan hasil tersebut tidak mengejutkannya.
Ia mengatakan masyarakat Hong Kong memiliki sedikit kesempatan untuk berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris, meskipun memiliki banyak kesempatan untuk membaca dan mendengarkan melalui konten daring.
“Kesempatan bagi warga Hong Kong untuk menggunakan bahasa Inggris telah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Bapak Tien, seraya menambahkan bahwa jumlah warga negara asing di kota tersebut juga telah menurun.
Sekolah dapat memecahkan masalah ini dengan merekrut lebih banyak guru asli, katanya.
Armstrong Lee Hon-cheung, anggota komite saat ini, juga mengaitkan hasil tersebut dengan kurangnya kesempatan bagi siswa untuk menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Lee, sekolah perlu menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik agar siswa dapat meningkatkan penggunaan bahasa mereka.
[iklan_2]
Sumber: https://vietnamnet.vn/vi-sao-hoc-sinh-hong-kong-tiep-tuc-kem-ky-nang-viet-va-noi-khi-thi-ielts-2329183.html
Komentar (0)