Biasanya, pada saat seperti ini, Betlehem ramai dengan aktivitas.
Alun-alun pusat di Tepi Barat akan dihiasi dengan pohon Natal yang memukau, di samping panggung yang menggambarkan adegan kelahiran Yesus, dengan barisan panjang orang-orang yang memberikan penghormatan. Paduan suara akan menyanyikan lagu-lagu merdu dalam bahasa Inggris dan Arab.
Namun tahun ini, menurut The Independent, dengan perang yang menghancurkan di Gaza, hal itu tidak lagi terjadi. Tentara Israel telah menutup pos pemeriksaan utama menuju Betlehem, dengan alasan masalah keamanan, sehingga mencegah banyak warga Palestina mengakses kota yang terkenal itu. Betlehem kini hanya berupa jalanan sepi, toko-toko tutup. Alun-alun Palungan tidak memiliki pohon Natal yang terkenal. Gereja Kelahiran, yang diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus dan dikunjungi lebih dari satu juta orang setiap tahun, kini hampir kosong. Satu-satunya tanda adalah lonceng gereja yang berdentang saat misa tanpa jemaat. Perayaan Natal di sini telah dibatalkan. Warga mengatakan Betlehem belum pernah menyaksikan Natal seperti ini, bahkan selama Covid-19.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 20.000 warga Palestina, tiga perempatnya perempuan dan anak-anak. Sekitar 85 persen dari 2,3 juta penduduk wilayah tersebut telah mengungsi dan hidup dengan akses yang semakin terbatas terhadap makanan, pasokan medis, dan air. Pada saat yang sama, kekerasan telah berkobar di Tepi Barat. Dalam beberapa pekan terakhir, Israel telah melancarkan serangan berulang kali di kota-kota penting dengan dalih "operasi kontraterorisme" yang menargetkan kelompok-kelompok militan bersenjata, termasuk yang berafiliasi dengan Hamas. Puluhan warga sipil Palestina, termasuk anak-anak, telah tewas di Tepi Barat.
Para rabi di Betlehem berharap dunia akan berbuat lebih banyak untuk mengakhiri konflik sebelum jumlah korban jiwa meningkat. "Kita membutuhkan dunia untuk membuka mata dan hati mereka serta mendukung kita, tidak hanya dengan doa atau bantuan... Kita membutuhkan tindakan nyata, kita membutuhkan gencatan senjata, kita membutuhkan perdamaian ," kata Pastor Issa Thaljieh.
VIET KHUE
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)