Menurut European Pravda, Menteri Pertahanan Estonia Hanno Pevkur mengatakan bahwa hipotesis keterlibatan Rusia dalam ledakan di fasilitas produksi militer di Jerman sangat mungkin terjadi.
Menteri Pertahanan Estonia Hanno Pevkur. (Sumber: Ukrainska Pravda) |
Tn. Pevkur menunjukkan bahwa serangan hibrida Rusia terhadap negara-negara anggota NATO dimulai sebelum aliansi tersebut membahas perang hibrida.
Ia mengatakan Estonia telah menghadapi serangan hibrida dari Rusia, termasuk serangan siber, sejak 2007. Awalnya, serangan tersebut merupakan serangan siber, tetapi kemudian berkembang menjadi serangan fisik dan kemudian ledakan. Ia mengatakan terdapat bukti yang jelas bahwa serangan-serangan ini diorganisir oleh pemerintah Rusia. Rusia sedang menguji batas-batas tersebut untuk melihat seberapa jauh mereka dapat bertindak sebelum Pasal 5 perjanjian NATO diberlakukan.
Menurut menteri tersebut, Jerman kini akan menyelidiki secara saksama apa yang terjadi di gudang senjata Diehl pada 30 Agustus. "Dan saya tidak akan terlalu terkejut jika kami mendengar bahwa insiden ini direkayasa oleh Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB)," ujarnya.
Menteri Pertahanan Estonia mengatakan FSB Rusia mungkin berada di balik ledakan di fasilitas manufaktur militer di Jerman. Foto ilustrasi. (Sumber: Getty Images) |
Menurut kantor berita Mehr , pada tanggal 31 Agustus, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kan'ani menolak tuduhan tidak berdasar bahwa seorang perwira militer Iran hadir di tanah Ukraina untuk melatih pasukan Rusia.
Bapak Kan'ani menyatakan bahwa tuduhan tak berdasar tersebut dilontarkan dengan motif dan tujuan politik tertentu, seraya menambahkan bahwa tuduhan tersebut bertentangan dengan pendekatan berprinsip Iran terhadap konflik di Ukraina. Beliau menegaskan bahwa Iran menentang konflik tersebut, dan menekankan perlunya mengakhiri dan menyelesaikan perselisihan antara Rusia dan Ukraina secara damai.
Komentar Kan'ani muncul setelah Jaksa Agung Ukraina Andriy Kostin mengatakan penyelidikan telah diluncurkan terhadap seorang jenderal Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) karena dicurigai mendukung Rusia melawan Ukraina.
Menurut Bapak Andriy Kostin, penyelidikan menunjukkan bahwa pada bulan Juli-Agustus 2022, perwakilan militer Rusia mencapai kesepakatan dengan Iran mengenai pembelian drone serang Shahed-136 dan Mohajer-6, beserta peralatan terkait.
Iran telah berulang kali dan dengan tegas membantah tuduhan keterlibatan dalam konflik militer antara Rusia dan Ukraina.
Pada 31 Agustus, Presiden Ukraina Volodimir Zelensky menyampaikan di kanal Telegramnya bahwa tentara Ukraina menghadapi masalah di empat front secara bersamaan. Situasi ini terjadi di sebagian Provinsi Donetsk dan Kharkov.
"Hari ini, saya berbicara dengan Panglima Tertinggi (Alexander Syrsky), arah Pokrovsk memiliki serangan terbanyak, dan arah Kramatorsk, Toretsk (orang Rusia menyebutnya Dzerzhinsky), Kupyansk juga tidak mudah," tulis Zelensky.
Jurnalis Jerman Christoph Wanner mencatat bahwa militer Ukraina sedang menghadapi masalah di Donbass. Menurutnya, situasi di Ukraina sangat sulit, unit-unit Angkatan Bersenjata Ukraina (VSU) terpaksa mundur dari posisi-posisi kunci di garis pertahanan mereka akibat serangan Rusia.
Komentar (0)