(CLO) Kecerdasan buatan (AI) berkembang pesat dalam jurnalisme. Sebuah laporan yang baru diterbitkan menunjukkan bahwa baik pembaca maupun jurnalis tertarik pada bagaimana AI seharusnya digunakan dalam jurnalisme.
Laporan yang dirilis oleh Universitas RMIT ini didasarkan pada penelitian selama tiga tahun dan wawancara kelompok fokus dengan AI generatif dan jurnalis di Australia dan enam negara lainnya (AS, Inggris, Norwegia, Swiss, Jerman, dan Prancis).
Hasilnya menunjukkan bahwa hanya 25% responden survei meyakini mereka pernah menjumpai AI generatif dalam jurnalisme, sementara 50% tidak yakin atau skeptis tentang hal itu.
Hal ini menunjukkan kurangnya transparansi dari kantor berita saat menggunakan AI, dan mencerminkan kurangnya kepercayaan antara pers dan publik.
TVOne Indonesia akan meluncurkan pembawa berita AI pada tahun 2023. (Foto: TJ Thomson)
Tantangan dan peluang berjalan beriringan
Laporan tersebut mengidentifikasi berbagai tantangan dan peluang bagi jurnalis dan organisasi berita saat menggunakan AI. Secara keseluruhan, audiens yang disurvei merasa paling nyaman dengan jurnalis yang menggunakan AI untuk pekerjaan pascaproduksi, alih-alih terlibat langsung dalam proses editorial dan pembuatan konten.
Misalnya, seorang fotografer bisa bekerja di lapangan, dan AI akan memilih foto terbaik, mengoptimalkan kualitas gambar, dan menandai kata kunci. Hal ini mungkin terdengar sepele, tetapi bagaimana jika AI salah mengidentifikasi objek atau detail tertentu, yang menyebabkan keterangan foto yang salah? Atau bagaimana jika kriteria AI untuk menilai foto yang "bagus" berbeda dengan manusia, atau berubah seiring waktu dan konteks?
Bahkan tindakan sederhana seperti menyesuaikan kecerahan foto dapat menimbulkan kontroversi, terutama jika menyangkut isu politik yang sensitif.
Perangkat lunak komputer dapat mencoba mengidentifikasi objek dalam gambar dan menambahkan kata kunci, yang berpotensi menghasilkan pemrosesan gambar yang lebih efisien. (Foto: Elise Racine/Better Images of AI/Moon over Fields, CC BY)
AI juga memiliki kemampuan untuk "membentuk" kebenaran, menciptakan gambar dan video yang tampak nyata, tetapi sebenarnya merupakan produk kecerdasan buatan. AI juga digunakan untuk menulis judul atau ringkasan artikel, menghemat waktu, tetapi di saat yang sama, AI juga berpotensi disalahgunakan untuk menyalin konten orang lain.
Peringatan berita yang dihasilkan AI juga memiliki konsekuensi serius. Apple baru-baru ini terpaksa menghentikan peringatan berita otomatisnya setelah AI tersebut secara keliru melaporkan bahwa tersangka pembunuhan Luigi Mangione telah bunuh diri, dengan mengutip BBC sebagai sumbernya.
Kepuasan pembaca terhadap AI dalam jurnalisme
Penelitian kami menunjukkan bahwa pembaca merasa lebih nyaman dengan jurnalis yang menggunakan AI untuk tugas tertentu, terutama ketika mereka telah menggunakan AI untuk tujuan serupa sebelumnya.
Misalnya, sebagian besar narasumber setuju dengan penggunaan AI oleh jurnalis untuk mengaburkan detail tertentu dalam foto. Demikian pula, saat memasukkan foto ke dalam perangkat lunak pengolah kata atau presentasi, AI dapat secara otomatis menghasilkan deskripsi teks untuk penyandang tunanetra.
The Daily Telegraph secara rutin menggunakan AI generatif untuk mengilustrasikan artikel opininya, terkadang menghasilkan ilustrasi yang lebih realistis dan terkadang kurang realistis. (Gambar: TJ Thomson)
Mayoritas responden survei telah terpapar AI generatif di media melalui artikel tentang konten viral yang dihasilkan AI. Misalnya, ketika foto palsu Pangeran William dan Harry yang berpelukan saat penobatan Raja Charles menjadi viral, berbagai media berita pun melaporkannya.
Responden survei juga melihat pemberitahuan bahwa AI digunakan untuk menulis, mengedit, atau menerjemahkan artikel. Mereka juga melihat gambar yang dihasilkan AI menyertai beberapa artikel. Ini merupakan pendekatan umum di The Daily Telegraph, yang menggunakan gambar yang dihasilkan AI untuk mengilustrasikan banyak komentarnya.
Secara keseluruhan, responden merasa paling nyaman dengan jurnalis yang menggunakan AI untuk menghasilkan ide atau menyempurnakan gambar yang sudah ada. Diikuti oleh penggunaan AI untuk penyuntingan dan kreasi. Namun, tingkat kenyamanan sangat bervariasi tergantung pada penggunaan spesifiknya.
Sebagian besar peserta merasa nyaman dengan AI yang menghasilkan ikon untuk infografis, tetapi merasa tidak nyaman dengan gagasan “avatar AI” yang menyajikan berita.
Secara editorial, sebagian besar peserta setuju dengan penggunaan AI untuk menganimasikan foto-foto bersejarah, seperti foto ini. AI dapat 'menghidupkan' foto diam, menarik perhatian dan keterlibatan pemirsa.
Phan Anh (menurut RMIT, IJNET, Percakapan)
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/doc-gia-dang-nghi-gi-ve-viec-su-dung-ai-trong-bao-chi-post334984.html
Komentar (0)