Teknologi akan mampu mengubah lahan gurun tandus menjadi perkebunan dalam 5 tahun. (Sumber: Indiatimes) |
Meskipun daerah gurun tidak dianggap menguntungkan atau mampu menghasilkan panen yang tinggi, perusahaan rintisan Sand To Green ingin mengubahnya.
Wissal Ben Moussa, salah satu pendiri dan kepala petugas pertanian Sand To Green, mengatakan kepada CNN bahwa "penggurunan adalah masa depan banyak negara saat ini" dan "solusi kami adalah menggunakan agroforestri untuk menciptakan jenis pertanian baru yang berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan iklim."
Mengapa penggurunan merupakan ancaman nyata? Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, sepertiga Bumi sudah terdampak penggurunan, dan 135 juta orang mungkin terpaksa meninggalkan rumah mereka di masa mendatang.
Sand To Green berharap teknologinya akan membantu menghasilkan tanaman berkelanjutan. Dengan populasi dunia yang diperkirakan mencapai 9,8 miliar pada tahun 2050 dan perubahan iklim yang sudah terjadi, kerawanan pangan dapat semakin parah dalam beberapa dekade mendatang.
Agar sistem ini berfungsi, dibutuhkan air payau. Air payau tidak aman untuk dikonsumsi manusia, dan kadar garamnya lebih rendah dibandingkan air laut. Mereka menggunakan energi matahari untuk menghilangkan garam.
Setelah proses desalinasi selesai, Sand To Green menggunakan irigasi tetes untuk mengurangi penggunaan air dengan langsung memberi makan akar tanaman. Dengan menggunakan campuran pupuk hijau, tanah gurun dapat diregenerasi dan beragam pohon buah serta herba dapat ditanam untuk memastikan sistem berfungsi dengan baik.
Sistem ini dapat menciptakan keanekaragaman hayati yang menghasilkan tanah yang lebih baik, tanaman yang lebih sehat, dan hasil panen yang lebih tinggi, ujar Bapak Moussa. "Metode tanam kami dapat menghasilkan panen 1,5 kali lebih banyak dan karenanya menghasilkan pendapatan lebih besar daripada perkebunan monokultur di lahan yang sama," ujarnya.
Startup ini kini telah mengumpulkan dana awal sebesar $1 juta dan berencana untuk berinvestasi di lahan seluas 500 hektar setelah uji coba yang sukses di lahan seluas 5 hektar. Teknologi Sand To Green akan cocok untuk wilayah kering di Amerika Serikat, Meksiko, Mesir, Senegal, Namibia, Mauritania, dan Jazirah Arab.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)