Bapak Tran Anh Khoa menjawab pertanyaan wawancara dari siswa - Foto: TTD
Tran Anh Khoa memperoleh skor IELTS 9,0 setelah empat kali mencoba, berkat dasar bahasa Inggrisnya yang kuat dan penerapan pemikiran "specify" saat menangani pertanyaan umum di bagian berbicara dan menulis.
Menurut Bapak Khoa, menguasai bahasa Inggris mendatangkan banyak manfaat: kemudahan mengakses penelitian internasional, membaca dokumen asli tanpa harus menunggu terjemahan, memperluas wawasan budaya, dan wawasan global.
"Jika Anda belajar hanya untuk mendapatkan nilai tinggi, Anda akan cepat putus asa. Yang penting adalah menemukan sesuatu yang menarik dalam bahasa asing. Cara terbaik adalah menggabungkan belajar dengan minat yang sudah ada seperti musik , film, memasak, atau olahraga. Ketika belajar melalui hobi, pelajar akan terpapar pada kosakata yang jauh lebih beragam daripada di buku," ujarnya.
Nguyen Thanh Binh - mahasiswa tahun ketiga - bertanya kepada pembicara tentang rahasia mencapai IELTS 9.0 - Foto: TTD
Menurut Bapak Khoa, bagi banyak kandidat IELTS, kesulitan terbesar terletak pada pengembangan ide, terutama dalam keterampilan Menulis dan Berbicara. Bapak Khoa menekankan metode "konkretisasi masalah" untuk mengatasi kelemahan ini.
Misalnya, dalam Berbicara, saat menghadapi pertanyaan "Apakah uang akar segala kejahatan?", peserta didik harus menentukan "kejahatan" untuk mengembangkan gagasan dengan mudah.
Ia juga mencatat bahwa tidak perlu terlalu terobsesi dengan kata-kata berbunga-bunga, karena menggunakannya secara fleksibel, akurat, dan dalam konteks yang tepat akan menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi. Jika Anda lupa sebuah kata, ulangi penggunaannya secara fleksibel menggunakan kosakata yang sudah Anda miliki.
Melalui kelas tersebut, para siswa berlatih keterampilan wawancara dengan pembicara dan berlatih bahasa Inggris - Foto: TTD
Menurut Bapak Khoa, mempelajari bahasa asing adalah perjalanan jangka panjang dan tidak dapat dikuasai hanya dalam satu atau dua bulan. Oleh karena itu, pelajar perlu membangun kebiasaan belajar yang stabil, dengan memilih waktu dan tempat yang tetap untuk belajar setiap hari. Jika dipertahankan secara teratur dan cukup lama, belajar akan menjadi refleks alami.
"Kalau belajar cuma buat ujian, nanti pas dapat sertifikatnya langsung patah semangat. Anggap bahasa Inggris sebagai perjalanan seumur hidup biar tetap termotivasi," ujarnya.
Selain pengetahuan akademis dari buku, belajar melalui YouTube, TikTok atau podcast juga penting untuk membiasakan diri dengan kosakata umum, bahasa gaul, dan ekspresi alami penutur asli.
Khususnya ketika mengerjakan ujian, ia menyarankan para kandidat untuk membaca pertanyaan dengan cermat agar tidak terjebak.
Pada bagian Menulis, kandidat akan dinilai berdasarkan empat kriteria: ide, koherensi, kosakata, dan tata bahasa. Jika hanya berfokus pada bahasa dan melupakan ide, akan sulit meraih skor tinggi.
Di era teknologi, AI dapat secara efektif mendukung praktik bahasa asing, tetapi menurut Bapak Khoa, guru masih memainkan peran khusus dalam hal emosi dan pengalaman dalam memahami aturan penilaian, membantu siswa memiliki orientasi yang lebih jelas.
"Yang terpenting adalah tekun, pelajari metode yang tepat, dan kombinasikan ujian dengan praktik. Jangan bergantung pada cara belajar lama, manfaatkan teknologi dan temukan kegembiraan dalam bahasa asing," ujar Khoa.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kursus keterampilan wawancara, program pelatihan bersama antara surat kabar Tuoi Tre dan Universitas Nguyen Tat Thanh.
Selama mahasiswa belajar di surat kabar Tuoi Tre , dosen akan mengundang pembicara yang merupakan orang-orang ahli dan inspiratif untuk membantu mahasiswa mempraktikkan mata kuliahnya, serta mendapatkan kisah, ilmu, dan keterampilan yang bermanfaat.
Sumber: https://tuoitre.vn/bi-quyet-dat-9-0-ielts-cu-the-hoa-va-tim-niem-vui-trong-ngoai-ngu-20250906162226215.htm
Komentar (0)