Menerapkan teknologi untuk membangun rumah pintar dan mencegah bencana alam
Menghadapi kehancuran akibat bencana alam, penerapan teknologi dalam pembangunan bangunan pintar berperan penting dalam menanggapi dan mencegah kerusakan akibat bencana alam.
Teknologi pembangunan rumah tahan gempa
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia , pada tahun 2023, Asia mengalami bencana alam terbanyak di dunia, yang paling umum adalah gempa bumi.
Saat terjadi gempa bumi, guncangan kuat merupakan penyebab utama keruntuhan bangunan, terutama yang tidak dirancang sesuai standar ketahanan gempa. Hal ini disertai dengan tanah longsor, yang sering terjadi di daerah pegunungan atau lereng curam. Saat ini, pemerintah di semua negara memiliki peraturan tentang desain dan konstruksi rumah yang tepat, untuk meningkatkan kemampuan menahan guncangan kuat, sehingga meminimalkan kerusakan properti.
Salah satu contohnya adalah Jepang—negara yang terletak di wilayah dengan aktivitas seismik tinggi dan rawan gempa bumi. Sebagian besar bangunan di kota-kota besar di Jepang dilengkapi dengan sistem peringatan dini, yang meningkatkan kemampuan mendeteksi gempa bumi, serta secara otomatis mematikan gas dan listrik untuk mencegah kebakaran. Beberapa apartemen dan kondominium mewah juga memiliki sistem pemadam kebakaran otomatis dan lampu darurat untuk memastikan keselamatan penghuni jika terjadi gempa bumi.
Dari segi desain, struktur bangunan tahan gempa ini menggunakan rangka beton bertulang yang terhubung erat, membentuk sistem penahan beban yang kokoh. Struktur ini dipadukan dengan penggalian pondasi yang dalam untuk memastikan stabilitas bangunan, meminimalkan risiko penurunan tanah dan retak. Selain itu, penyangga horizontal dan vertikal membantu meningkatkan daya dukung rumah. Contoh tipikal adalah struktur rumah Taishin dengan balok, pilar, dan dinding yang dibangun dengan ketebalan yang mampu menahan guncangan kuat. Rumah Taishin menggunakan bantalan isolasi seismik, yang memungkinkan bangunan bergerak horizontal saat terjadi gempa bumi; menerapkan teknik isolasi pondasi dan pengendalian getaran, sehingga mengurangi tekanan pada struktur dan meminimalkan kerusakan.
Mengembangkan sistem bangunan pintar
Mengintegrasikan teknologi bangunan pintar ke dalam sektor properti dapat meningkatkan respons dan pemulihan pascabencana secara signifikan. Salah satu manfaat utama teknologi bangunan pintar adalah kemampuannya untuk menyediakan pemantauan waktu nyata (real-time), yang memungkinkan petugas tanggap darurat untuk dengan cepat menilai keamanan bangunan dan mengidentifikasi area yang berisiko. Misalnya, mengintegrasikan perangkat pemodelan informasi bangunan (BIM) digital ke dalam teknologi bangunan pintar.
Teknologi bangunan pintar memungkinkan pemilik gedung dan petugas tanggap darurat untuk mengendalikan sistem gedung dari jarak jauh melalui platform pusat, memastikan sistem kritis dikelola dengan cepat dan efisien setelah bencana, ujar Dr. Haresh Jayaram (Universitas Maryland). Misalnya, jika sistem kelistrikan gedung rusak, informasi akan segera dikirimkan kepada petugas tanggap darurat, sehingga sistem dapat dimatikan secara proaktif dan mencegah risiko kebakaran atau ledakan.
Beberapa bangunan pintar juga memiliki mekanisme untuk mematikan sistem penting secara otomatis jika terjadi bencana, mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut, dan menjamin keselamatan penghuni bangunan serta petugas tanggap darurat. Menurut Institut Standar dan Teknologi Nasional AS (NIST), teknologi bangunan pintar akan membantu meningkatkan respons dan pemulihan bencana dengan mengendalikan dan mengotomatiskan sistem bangunan seperti cadangan daya, analisis dan pengendalian jarak jauh sistem bangunan, dll.
Menurut Badan Energi Internasional, bangunan merupakan salah satu penyumbang emisi CO2 global terbesar. Operasional bangunan menyumbang 30% konsumsi energi final global dan 26% emisi terkait energi global. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Filipina, dan Jepang, telah menerapkan kebijakan keuangan untuk mendukung pembangunan dan pengembangan teknologi sistem bangunan pintar demi pembangunan berkelanjutan.
Faktanya, banyak bisnis menerapkan teknologi BIM dalam kombinasi dengan berbagai sistem seperti sistem kelistrikan dan pendingin udara (HVAC), termasuk sistem pencahayaan, keamanan, pemanas, dan ventilasi, dengan fokus pada tujuan mengurangi emisi dan meningkatkan efisiensi pencegahan bencana. Menurut Kementerian Ekonomi , Perdagangan, dan Industri Jepang, teknologi HVAC menyumbang sekitar setengah dari listrik yang digunakan di gedung perkantoran di negara tersebut.
[iklan_2]
Sumber: https://baodautu.vn/batdongsan/ap-dung-cong-nghe-vao-xay-dung-nha-thong-minh-phong-chong-thien-tai-d224805.html
Komentar (0)