Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell menekankan bahwa perselisihan terkait Laut Timur harus diselesaikan melalui cara damai dan sesuai dengan UNCLOS 1982.
Pada tanggal 15 Juli, berbicara di Forum Regional ASEAN (ARF), Perwakilan Tinggi untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Uni Eropa (UE) Josep Borrell mengatakan bahwa ARF perlu meningkatkan dialog dan kerja sama untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan.
Acara tersebut berlangsung dalam rangka Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-56 (AMM-56) dan konferensi terkait di Jakarta, Indonesia.
Bapak Borrell juga menyoroti kekhawatiran keamanan utama Uni Eropa. Pertama, hubungan antara krisis iklim dan keamanan.
ARF perlu memiliki pemahaman bersama tentang dampak perubahan iklim yang signifikan dan terus meningkat terhadap perdamaian dan keamanan.
Peristiwa iklim ekstrem yang berulang, meningkatnya suhu dan permukaan air laut, penggurunan dan kelangkaan air merupakan faktor-faktor yang menyebabkan migrasi, pandemi, keresahan sosial dan konflik, sehingga berdampak serius pada keamanan.
Pada tahun 2050, lebih dari 1 miliar orang akan kekurangan akses ke air yang memadai, dengan masalah erosi tanah dan kekeringan.
Uni Eropa menghimbau ARF untuk memberikan perhatian lebih besar terhadap ancaman perubahan iklim dan degradasi lingkungan terhadap perdamaian, keamanan, dan pertahanan.
Kedua, mengenai situasi di Semenanjung Korea, pejabat Uni Eropa menyatakan kekhawatiran tentang peluncuran rudal Korea Utara.
Menurut Tn. Borrell, UE siap mendukung proses diplomatik baru untuk membangun perdamaian dan keamanan berkelanjutan di sini.
[ASEAN menekankan unsur kepercayaan dalam menangani masalah Laut Timur]
Ketiga, ia menyampaikan apresiasi Uni Eropa kepada Indonesia - sebagai Ketua ASEAN tahun ini - atas penerapan pendekatan diplomatik terstruktur terhadap masalah Myanmar untuk memulai dialog komprehensif.
Uni Eropa meminta semua mitra ARF untuk mendukung upaya Ketua. Ia menekankan bahwa penerapan Konsensus Lima Poin ASEAN tentang Myanmar adalah satu-satunya cara untuk memulai proses politik yang sejati.
Mengenai masalah Laut Timur, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Borrell menekankan bahwa perselisihan harus diselesaikan melalui cara damai dan sesuai dengan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982.
Uni Eropa menyambut baik perjanjian pembatasan maritim yang baru saja diselesaikan dan mendorong proses yang dipimpin ASEAN menuju Kode Etik di Laut Timur (COC) yang efektif, substantif, dan mengikat secara hukum yang menghormati pihak ketiga.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)