Pada seminar “Inovasi dalam metode pengajaran dan pembelajaran untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan” yang diselenggarakan oleh Universitas Ekonomi Nasional, Dr. Nguyen Quang Huy (Fakultas Teknologi, Universitas Ekonomi Nasional) menilai keuntungan dan tantangan bagi dosen dan mahasiswa dalam menghadapi dampak kecerdasan buatan (AI).
AI merupakan alat pendukung yang mendampingi mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran, pengajaran, dan penelitian ilmiah . |
Bagi para dosen, Bapak Huy yakin bahwa AI memiliki dampak positif dalam meningkatkan kualitas pengajaran dan mendukung penelitian ilmiah. Bagi mahasiswa, AI membantu mengoptimalkan waktu dan efisiensi belajar, mengembangkan pola pikir dan pembelajaran aktif, serta mendukung pembelajaran bahasa dan keterampilan asing.
AI juga menimbulkan banyak tantangan bagi dosen dan mahasiswa. Ketergantungan mahasiswa terhadap AI mengurangi kemampuan mereka untuk berpikir mandiri, berpikir kritis, kurang memiliki keterampilan verifikasi informasi, mudah tertipu, menggunakan sumber tidak resmi, kesulitan mengembangkan diri, dan kompetitif dalam pekerjaan, dll.
Risiko terhadap integritas akademis
Dr. Le Quang Minh - Wakil Direktur Institut Teknologi Informasi, Universitas Nasional Hanoi - mengatakan bahwa survei di Universitas Nasional Hanoi menunjukkan bahwa lebih dari 77% dosen yang disurvei telah menerapkan AI.
Mayoritas dosen memberikan penilaian positif terhadap penerapan AI dalam pengajaran (total 68,2% menyatakan AI sangat efektif atau efektif). Namun, 25,9% dosen tidak benar-benar menilai AI sangat efektif.
Sumber: Dr. Le Quang Minh - Wakil Direktur, Institut Teknologi Informasi, Universitas Nasional Vietnam, Hanoi. |
Hasil survei juga menunjukkan bahwa faktor terbesar yang memengaruhi penggunaan AI oleh dosen adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan (lebih dari 70%); kurangnya waktu (lebih dari 57%); kurangnya fasilitas (hampir 50%); kurangnya dukungan dari sekolah (lebih dari 42%).
Para ahli menyebutkan tantangan dan keterbatasan dalam penggunaan AI termasuk: ketergantungan pada AI (sekitar 88% siswa); etika dan integritas akademis (lebih dari 82%).
Para ahli mengatakan penting untuk mempertimbangkan isu-isu etika dan integritas ketika menggunakan AI dalam pendidikan dan penelitian. Algoritma AI terkadang bias, yang menyebabkan perlakuan tidak adil terhadap kelompok siswa tertentu. Pengumpulan dan analisis data pelajar dalam jumlah besar menimbulkan masalah privasi. Transparansi dalam proses operasional dan pengambilan keputusan perangkat AI sangatlah penting.
Bapak Minh menegaskan bahwa penggunaan AI akan menimbulkan potensi risiko yang perlu diidentifikasi oleh sekolah, dosen, dan mahasiswa. Artinya, mengintegrasikan AI dalam pendidikan menimbulkan risiko terhadap integritas akademik. Perangkat AI dapat memudahkan mahasiswa untuk menjiplak konten. AI dapat menghasilkan jawaban atas tugas dan ujian, sehingga menghambat proses pembelajaran.
Oleh karena itu, diperlukan kebijakan perilaku yang tepat, misalnya lembaga pendidikan harus mengembangkan kebijakan yang jelas tentang penggunaan perangkat AI yang dapat diterima. Siswa harus dididik tentang penggunaan AI yang etis dan pentingnya integritas akademik.
Seorang mahasiswa tahun pertama jurusan Kecerdasan Buatan di Fakultas Teknologi, Universitas Ekonomi Nasional, bercerita bahwa selama kuliah, ia dan teman-temannya sering menggunakan AI. AI bisa menjadi guru sekaligus teman, karena guru tidak dapat mengawasi 40 siswa di kelas secara ketat.
Penyalahgunaan AI untuk ujian dan diskusi siswa bukanlah masalah baru. Bahkan, siswa dengan pola pikir "mencontek" pun muncul kapan saja. Ketika AI belum secanggih sekarang, mereka bisa saja mencontek dari sumber lain seperti buku atau makalah penelitian.
Oleh karena itu, saya mengusulkan agar alih-alih membatasi siswa dalam menggunakan AI, sekolah sebaiknya membimbing kita tentang cara menggunakan AI secara akurat dan efektif untuk tujuan pembelajaran," ungkap siswa tersebut.
Membimbing siswa untuk menggunakannya sesuai tujuan yang tepat
Prof. Dr. Pham Hong Chuong, Direktur Universitas Ekonomi Nasional, menekankan bahwa sejauh mana pun AI berkembang, pada akhirnya, kontak antarmanusia dan ekspresi perasaan serta emosi tetap merupakan hal yang paling tinggi dan terpenting. Semua teknologi dikembangkan untuk melayani dunia nyata.
Beberapa tahun yang lalu, Universitas Ekonomi Nasional mengizinkan mahasiswanya menggunakan AI, ChatGPT. Yang terpenting adalah bagaimana mereka akan menggunakan alat ini.
Para ahli menyarankan agar sekolah membimbing siswa untuk menguasai AI. |
Menurut Bapak Chuong, bagi para siswa, persyaratan terakhir adalah kemampuan menguasai teknologi. Saat mereka belajar, alat seperti ChatGPT dapat membantu memberikan jawaban, tetapi mereka perlu memahami dan menerapkan jawaban tersebut.
"Penguasaan" di sini berarti mahasiswa harus mengajukan masalah, memahami prosesnya, dan ChatGPT atau perangkat lain akan mendukung solusinya. Dosen perlu membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan metode berpikir agar mereka dapat memahami dan menguasai teknologi tersebut.
Direktur Universitas Ekonomi Nasional mengatakan bahwa fakultas sedang bergerak menuju penerapan metode pelatihan Kuliah/Seminar. Model ini dipahami sebagai pengajaran dan pembelajaran mata kuliah/kursus yang menggabungkan kelas Kuliah dan kelas Seminar dalam satu semester. Kelas Kuliah terdiri dari satu atau lebih kelas mata kuliah (mahasiswa mendaftar untuk mempelajari mata kuliah/kursus yang sama) dengan jumlah mahasiswa tidak lebih dari 300 mahasiswa; kelas Seminar adalah kelas mata kuliah dengan jumlah mahasiswa 20-30 mahasiswa.
Nghiem Hue
Sumber: https://tienphong.vn/ai-con-dao-hai-luoi-dung-sao-moi-dung-post1734898.tpo
Komentar (0)