Pada 21 November, saat berbicara di pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengenai situasi di Suriah, Wakil Utusan Khusus PBB Najat Rochdi mengatakan tahun 2024 "akan menjadi tahun paling berdarah" di negara itu dalam empat tahun terakhir.
Wakil Utusan Khusus PBB Najat Rochdi. (Sumber: Buletin Eksekutif) |
Menurut Ibu Najat Rochdi, tahun 2024 akan menjadi tahun paling penuh kekerasan di Suriah sejak 2020, risiko kehancurannya bahkan lebih besar, jutaan warga Suriah masih harus mencari perlindungan di luar negeri atau berjuang untuk bertahan hidup dalam konteks yang kompleks di mana pemerintah de facto, tentara asing, pasukan non-negara bersenjata, dan kelompok teroris hadir.
Selain itu, serangan udara Israel telah meningkat secara signifikan, baik dalam frekuensi maupun skalanya. Yang terbaru, serangan udara Israel pada 20 November di dekat Palmyra menewaskan puluhan orang dan merupakan serangan Israel paling berdarah di negara itu dalam sejarah.
Berbicara kepada Dewan Keamanan, Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Edem Wosornu, mengatakan bahwa lebih dari setengah juta orang telah mengungsi dari Lebanon ke Suriah sejak akhir September untuk menghindari serangan udara Israel. Bahkan sebelum gelombang pengungsian ini, hingga 70% penduduk Suriah (sekitar 16,7 juta orang) membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Dampaknya terhadap ketahanan pangan sangat mengkhawatirkan, dengan hampir 13 juta orang menghadapi kerawanan pangan akut di Suriah, tertinggi kelima di dunia , menurut pejabat PBB. Sementara itu, Program Pangan Dunia PBB (WFP) terpaksa mengurangi bantuannya hingga 80% dalam dua tahun terakhir karena pemotongan dana.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/bao-dong-tu-hdba-lhq-70-dan-so-syria-can-vien-tro-nhan-dao-294675.html
Komentar (0)